iklan di pojokbanua

Lahan Rawa Bawa Berkah, Petani Sumringah

waktu baca 4 menit
Minggu, 28 Apr 2024 09:03 0 Yuliandri Kusuma Wardani

POJOKBANUA, BANJARBARU – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan upaya peningkatan produksi pertanian dan mengembalikan swasembada pangan. Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman melalui jajarannya berupaya meningkatkan produksi nasional untuk komoditas beras dan jagung.

Selain itu, Kementan juga memperkenalkan strategi baru dalam memacu produksi tanaman pangan guna menjaga ketahanan pangan nasional. Fokus utama adalah memanfaatkan potensi lahan rawa dan pengelolaan sumber air yang efisien.

Tentunya, langkah ini juga diiringi dengan optimisasi pemanfaatan lahan untuk pertanian, termasuk lahan-lahan rawa yang sebelumnya dianggap tidak produktif. Maka demi mencapai target perlu adanya kolaborasi, salah satunya melalui peran pemuda.

Dukungan SMK-PP Negeri Banjarbaru sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan dalam mendukung program di atas, salah satunya dengan menggelar Milenial Agriculture Forum (MAF), Volume 5 Edisi 14 dengan Tema “Lahan Rawa Membawa Berkah, Petani Muda Sumringah”, Sabtu (27/4/2024).

Gelaran MAF yang diprakarsai oleh Pusat Pendidikan Pertanian ini mengundang dua narasumber, di antaranya Ma’rof Al Furqan seorang Penerima Manfaat Program YESS PPIU Kalimantan Selatan, pemateri kedua adalah Ani Susilawati seorang Penyuluh Pertanian dari Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Lahan Rawa.

Mengawali MAF, Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso di kesempatan ini menyampaikan bahwa Kementan sedang menggenjot produksi padi dan banyak program yang sedang dilaksanakan salah satunya Optimalisasi Lahan (Oplah), terutama di lahan rawa.

 

Ia menjelaskan bahwa dukungan gelaran MAF di SMK-PP N Banjarbaru ini, bertujuan mendukung program Kementan dalam mengoptimalkan lahan rawa, salah satu kegiatan berupa padi gogo yang ditanam di lahan pertanian pada lahan rawa.

Hadir membuka dan memberi arahan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini Kementan sedang mengoptimalkan lahan rawa yang ada di Kalimantan dan Sumatera.

“Sebagian besar lahan rawa kita belum dimaksimalkan secara maksimal dan hanya 1x, serta beberapa tempat 2x dalam setahun. Lahan rawa memiliki potensi yang luar biasa untuk pertanian, baik itu untuk perluasan areal tanam ataupun potensi peningkatan produksifitas, peningkatan indek pertanaman, dan peningkatan peran petani yang ada di lahan rawa ini,” ujar Dedi.

“Maka dari itu, pengelolaan air memiliki peran penting dalam pengelolaan lahan rawa. Baru setelah itu kita kelola hal-hal lainnya, termasuk kelola lahannya, tata lahannya dan kelola tanaman, salah satunya di sistem Surjan ini,” tambahnya.

Kementan saat ini sedang gencar-gencarnya menggenjot produktifitas lahan pertanian, terutama untuk padi sawah. Bahkan, saat ini Kementan melibatkan petani milenial untuk langsung terjun di lapangan mengelola lahan rawa menghasilkan produksi beras.

Mengawali materi pertama, Ani Susilawati memaparkan materi terkait “Optimalisasi Pengelolaan Lahan Rawa untuk Peningkatan Produksi Padi”. Lahan rawa sendiri ada dua yaitu pasang surut dan lebak.

“Lahan rawa itu adalah raksasa tidur. Lahan rawa ke depan adalah menjadi tumpuan, serta harapan bagi kita semua dalam peningkatan produksi, seperti padi,” bebernya.

Penyuluh Ahli Madya ini menerangkan bahwa pada proses budi daya lahan rawa terpadu perlu beberapa hal di antaranya pengelolaan air, persiapan dan penataan lahan, pupuk dan pembenah tanah, varietas dan cara tanam, pengendalian OPT, terakhir panen dan pasca panen.

Pemateri selanjutnya adalah Ma’rof Al Furqan, seorang petani muda dari Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Kali ini, ia mengambil tema “Meraup Keuntungan Dengan System Surjan”. Ia sendiri bergerak dalam usaha budi daya cabai dan padi di lahan rawa.

Mengapa ia memilih system ini di lahan rawa? Menurutnya, karena lebih menguntungkan dan efektif, bisa mengoptimalkan lahan dengan menanam dua jenis tanaman dan mendapat dua keuntungan. Lahan yang dikelolanya saat ini mencapai 1,5 hektare, dengan populasi cabai 7000 dan tanaman padi di sekitar cabai. Melalui usahanya ini, dapat meraup omzet Rp100 juta sampai Rp250 juta per tahun.

Dia berbagi kunci sukses dalam mengembangkan usaha, yaitu dengan menganalisa potensi lahan, konsisten dalam berusaha, tidak menyerah,dan optimis serta percaya diri dalam mengembangkan usaha.

Mengakhiri MAF ini, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arshanti melalui closing statementnya menuturkan bahwa potensi lahan rawa sekitar 33 juta hektare di Indonesia sangat besar. Saat ini, Kementan menerjunkan petani-petani milenial dengan alumni-alumni SMK-PP, Polbangtan dan PEPI.

Harapannya, petani-petani milenial ini juga dapat membentuk korporasi. Selain itu juga petani milenial untuk bergabung dalam perkumpulan, di sana kita saling berbagi, berpatisipasi, dan melihat apa yang sedang trending saat ini.(SMK PPN Banjarbaru/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani

Yuliandri Kusuma Wardani

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pojok Banua TV

Infografis

IMG-20221229-WA0030
1. Infografis sosmed 10 penyakit
IMG-20221228-WA0020
PENJUALAN ROKOK BATANGAN
IMG-20221227-WA0005
IMG-20221225-WA0006
2. Infografis sosmed 10 penyakit
TIPS AMANKAN DATA

Member JMSI

Network

LAINNYA