POJOKBANUA, MARTAPURA – Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) masuk dalam 10 besar angka stunting tertinggi se-Indonesia dengan persentase 31,75 persen.
Kepala BKKBN Provinsi Kalsel, Ramlan mengatakan, angka tertinggi berada di Balangan 52,10 persen disusul Tabalong 44 persen dan Hulu Sungai Selatan 42 persen. Sedangkan, di Kabupaten Banjar 36,87 persen berada di posisi tengah dari 13 Kabupaten/Kota.
Dijelaskan Ramlan, tahun 2024 angka stunting ditargetkan turun menjadi 14 persen. Di mana tiap tahunnya harus menurunkan 3,55 persen. Target tersebut lebih tinggi dari target nasional yang hanya 2,5 persen pertahun.
“Kami akan membentuk tim pendamping keluarga di Kalsel yang totalnya 3.072 orang pendamping. Satu tim terdiri dari bidan desa, PKK, PPKBD yakni kader KB di desa di mana tiap tim mendampingi 6 ribu penduduk. Mereka akan memantau, mengedukasi dan memberi penyuluhan bagi keluarga stunting,” ujar Ramlan, Rabu (6/10/2021) kemarin.
Sementara itu, salah satu anak warga penderita stunting berusia 21 bulan di Desa Bawahan Selan, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar turut mendapat perhatian pemerintah pusat.
Konsultan Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Tin Herawati mengatakan, sesuai keterangan ibu dari anak itu, memang pilih-pilih dalam makanan. Sehingga, dianggap kekurangan gizi dan mengalami stunting.
“Dengan pihak pemerintah dan stakeholder, kami berdiskusi terkait kendala yang dihadapi dan apa yang harus dilakukan ke depannya. Sehingga, masukan itu dijadikan bagian laporan ke Menko PMK untuk kualitas program pembangunan keluarga lebih baik,” ujarnya.
Mengutip dari laman Kemenko PMK, berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,7%. Data World Bank tahun 2020 menunjukan, prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia. (WF/KW)
Tidak ada komentar