Hendra Liannor (34), warga Desa Bincau, RT.12, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) hanya bisa pasrah menghadapi dampak banjir yang selalu menghantuinya sejak 2019 silam. Bahkan, sejumlah perabotan rumah tangga rusak dan mengganggu aktivitasnya setiap hari ketika musibah itu terjadi.
POJOKBANUA, Wahyu Firdha
Pengalaman itu dibagikan Hendra kepada pojokbanua.com. Puncak ketidaknyamanan banjir yang tidak dapat diprediksi dan sulit diatasi ini terjadi di tahun 2021.
Dalam situasi ini, barang berharga miliknya pun mesti dinaikkan ke tempat yang lebih tinggi, termasuk menggunakan batako di ujung kasur.
Di sisi lain, ia pernah mengalami kerugian hingga mencapai Rp3 juta lantaran banjir besar di tahun 2021. Sebab, perabotan rumah rusak seperti speaker aktif, lemari pakaian hingga lemari buku.
“Mesin cuci juga tidak luput dari kerusakan akibat banjir. Yang lebih mengecewakan, tidak ada ganti rugi dari pemerintah,” cetus Hendra.
Pria yang berpofesi sebagai jurnalis ini mengungkapkan, banjir kerap terjadi bahkan bisa sampai empat kali dalam sebulan saat tahun 2021. Sehingga, membuat aktivitas sehari-hari pun turut menjadi lambat.
“Jelas, sangat mengganggu aktivitas. Saat itu banjir di halaman rumah ketinggian airnya mencapai seleher orang dewasa,” bebernya.
Tak hanya itu, dalam situasi darurat banjir tersebut, anak dan istrinya juga mesti mengungsi ke rumah orang tua mereka di Desa Bentok Darat, Dusun Imban.
Akibat dari dampak yang terjadi, di dalam lubuk hati Hendra muncul harapan agar pemerintah bisa punya solusi konkret untuk mengatasi masalah banjir yang tak kunjung usai ini. (WF/KW)
Editor: Yuliandri Kusuma Wardani
Tidak ada komentar