iklan di pojokbanua

Asal Usul Desa Mampari Balangan, Bekas Hutan dan Pernah Terkenal Angker

waktu baca 3 menit
Jumat, 2 Feb 2024 09:13 0 Alfiannoorrahman

POJOKBANUA, BALANGAN – Mampari adalah sebuah desa di Kecamatan Batumandi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel). Desa ini terletak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Paringin. Jika ditempuh dengan kendaraan bermotor, memakan waktu sekitar 11 menit.

Diketahui, nama Mampari diambil berdasarkan cerita tentang sebuah pohon. Nama ini diberikan oleh para tokoh masyarakat dan tetua desa untuk mengenang kejayaan hutan yang dipenuhi oleh Pohon Mampari.

Meski begitu, tidak ada referensi yang jelas mengenai bentuk dan klasifikasi pohon ini. Sebab, hanya cerita lisan yang dijelaskan dari mulut ke mulut oleh orang tua zaman dahulu.

Hal itu diungkapkan Pamong Budaya, Sejarah dan Nilai Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Balangan, Halianur kepada pojokbanua.com, Kamis (1/2/2024) kemarin.

Menurutnya, suatu ketika di wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk ada sebuah hutan rimba sangat lebat. Di dalam hutan tersebut dihuni berbagai binatang buas dan dipenuhi pohon-pohon besar dan semak belukar yang rimbun.

Hutan ini sempat dikenal angker oleh orang-orang, karena merupakan tempat bersemayamnya padatuan, yaitu sesepuh desa yang dahulu sangat menguasai liku-liku kehidupan di sekitar lokasi tersebut. Namun, keberadaannya tidak terendus lagi diduga karena sudah diselubungi kegaiban.

“Berbagai kepercayaan dan tahayul serta mitos tentang hutan rimba yang dipenuhi oleh pohon yang dinamakan penduduk setempat pohon mampari itu pun berkembang dengan pesat,” cerita Halianur.

Namun, perkembangan zaman dan teknologi yang mulai memasuki pedesaan, membuat para penduduk maupun pendatang kian melupakan berbagai hal-hal yang beredar tentang hutan rimba tadi. Jumlah populasi penduduk bertambah banyak, pemukiman yang semula sunyi kian ramai dan bertambah sempit, pola pikir penduduk mulai berganti.

Bermula, sekelompok orang yang mulai melupakan tradisi dan menentang tahayul serta mitos yang berkembang, mereka mulai merambah hutan rimba. Dengan mengesampingkan rasa hormat dan ketakutan yang ada dibenak mereka, terlihat keberhasilan. Para tokoh masyarakat mulai berinisiatif untuk menjadikan hutan tadi sebagai permukiman baru, karena jumlah penduduk sudah melebihi daya tampung semula.

Hutan yang dipenuhi pohon mampari tadi ternyata sangat subur, karena penduduk yang merambah dan membuka hutan tersebut menjadikannya sebagai lahan perkebunan dan berladang hingga sangat berhasil.

“Keberhasilan tersebut membuat para penduduk yang lain semakin yakin, jika hutan ini adalah tempat yang cocok buat mereka,” imbuhnya.

Selain untuk ditinggali dan membuat rumah permanen, tokoh masyarakat mulai berpindah ke permukiman baru tadi. Penduduknya semakin bertambah dan mulai terbentuk rukun warga yang harmonis. Bersama dengan Desa Palajau, para penduduk di situ membentuk sebuah pemerintahan desa.

Lantaran, semakin banyaknya warga baru yang datang dan membuat rumah di bekas hutan tersebut, membuat masyarakat di sana ingin membentuk sebuah desa yang mandiri dan terpisah dari Desa Palajau di sekitar tahun 1970-an.

“Pada akhirnya di tahun 1975, sebuah desa baru terbentuk dan diberi nama Desa Mampari,” tutupnya.(AL/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pojok Banua TV

Infografis

IMG-20221229-WA0030
1. Infografis sosmed 10 penyakit
TIPS AMANKAN DATA
IMG-20221227-WA0005
PENJUALAN ROKOK BATANGAN
2. Infografis sosmed 10 penyakit
IMG-20221225-WA0006
IMG-20221228-WA0020

Member JMSI

Network

LAINNYA