iklan di pojokbanua

Marbot sekaligus Lurah Termuda di Banjarmasin, Berikut Profil Ikromi yang Jarang Diketahui

waktu baca 7 menit
Selasa, 26 Mar 2024 11:07 0 Khairun Nisa

POJOKBANUA, BANJARMASIN – Sempat mengais rupiah dari menjadi marbot di masjid, kehidupan seorang Gusti Ikromi Akbar kini berubah 360 derajat.

Pria kelahiran Banjarmasin, 22 Juni 1993 yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Gusti Fauzi Mahni dan Dewi Yana ini sukses mengubah nasib keluarganya.

Ikrom, sapaan akrabnya, menceritakan kehidupan yang membawanya menjadi seperti sekarang. Tak malu, ia mengakui dirinya pernah menjadi marbot masjid dan mendapat upah Rp3 ribu.

“Uangnya digunakan untuk beli pentol. Rasanya bahagia sekali, bantu-bantu pasang karpet, bersih-bersih masjid, menyusun sendal, kemudian diupah,” tutur Ikrom kepada pojokbanua.com.

Bahkan, tak sungkan ia mengakui jika pada waktu dulu kehidupan yang ia jalani sangatlah berbeda dengan masa sekarang. Ikrom yang dulu hanya mampu membeli pentol seadanya uang, kini ia bisa memborong satu gerobak pentol untuk dibagikan.

“Makanya setiap lihat orang jual pentol, itu teringat memori masa lampau. Sekarang bisa membeli pentol satu gerobak untuk dinikmati bersama rekan-rekan,” katanya.

Menjalani kehidupan sebagai anak kedua, banyak beban yang harus ia pikirkan. Salah satunya bagaimana ia menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan oleh sang adik, dan bagaimana ia bisa melanjutkan pendidikan tanpa merepotkan orang tuanya.

“Karena masih ada kakak yang waktu itu harus kuliah, kemudian ada dua adik juga yang masih harus menempuh pendidikan. Terpikir mencari cara bagaimana bisa tetap lanjut pendidikan, tapi tidak merepotkan orang tua,” ujarnya.

Adapun Ikrom pernah menempuh pendidikannya di SDN Melayu 11, SMP 10 Banjarmasin, SMA Negeri 3 Banjarmasin, Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) dan S2 Ilmu Manajemen di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (Uniska).

Tak mudah bagi Ikrom untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tingkatan yang lebih tinggi tersebut. Ada banyak bulir keringat yang harus ia keluarkan guna mencapai keinginannya.

Contohnya, saat ia hendak melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Banjarmasin. Ikrom berhasil masuk melalui jalur prestasi non akademik yang ia miliki.

Ikrom sendiri aktif dalam berbagai organisasi, diantaranya Pramuka, Paskib dan OSIS . Melalui organisasi itu pula, ia berhasil melanjutkan pendidikannya ketingkat lanjut.

“Pas dari SMP mau ke SMA itu dikasih kesempatan memilih mau lanjut ke SMA mana saja karena dapat penghargaan berprestasi. Jadi milih lanjut ke SMA 3 Banjarmasin, karena itu yang dulu terbaik,” katanya.

Tak berhenti sampai di situ, Ikrom kembali memikirkan bagaimana caranya ia untuk melanjutkan kembali pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi.

Hingga suatu saat, terbesit untuk dirinya mengikuti tes seleksi IPDN. Yang mana, dalam tes itu ia harus mengikuti sejumlah latihan fisik dan akademik.

“Karena tidak ada uang untuk ikut les, jadi saya waktu itu cuman ikut-ikutan teman saja. Misal teman ikut kursus latihan fisik di Stadion Lambung Mangkurat saya ikutan dari belakang, begitu-begitu saja,” ceritanya.

Bahkan, untuk les akademik sendiri. Ikrom tak malu mengakui dirinya ikut belajar saat sang sepupu tengah les private di rumah. Bermodalkan buku tulis yang ia bawa, Ikrom turut ikut belajar bersama sepupunya.

Nyatanya, keterbatasan ekonomi tak membuat Ikrom patah semangat. Justru, dirinya bertekad kuat untuk mengubah nasib keluarga yang semula tak memiliki apa-apa menjadi berkecukupan.

Usai mengikuti pendidikan di IPDN, jejak karir Ikrom dimulai. Di Banjarmasin, Ikrom sendiri pernah menjadi ajudan Wali Kota Banjarmasin, Kasubag Prokompim, Lurah Sungai Miai, hingga kini jadi eselon III di Rumah Sakit Sultan Suriansyah Banjarmasin.

Di usianya yang masih terbilang muda, Ikrom berhasil merubah kehidupan keluarganya. Berkat kegigihannya dalam berusaha dan berjuang, Ikrom mampu mengubah mimpi buruk keluarga menjadi mimpi indah.

Saat menjadi Lurah Sungai Miai, ia berupaya sedemikian rupa untuk mendekatkan diri pada masyarakat. Berbagai upaya ia lakukan, hingga akhirnya dirinya bisa berada di tengah-tengah masyarakat dan kehadirannya pun diakui.

“Saat menjadi lurah itu banyak pelajarannya, tentang bagaimana kita bisa membaur dan memimpin RT-RW juga masyarakat, bagaimana bisa mendengar aspirasi mereka juga,” ucap Ikrom.

Tidak hanya sebagai pencitraan belaka, terkadang dirinya terjun langsung untuk ikut membantu dalam sejumlah kegiatan sosial.

“Merogoh kantong pribadi pun tidak apa-apa, sebab kalau tidak dimulai dari kita, siapa yang akan memulai?,” tanya Ikrom.

Tak tanggung-tanggung, selama menjabat sebagai lurah. Ia telah banyak membantu masyarakat baik dalam finansial, maupun permasalahan lain.

Bahkan permasalahan sampah di Jalan Cemara, yang telah bertahun-tahun menjadi keluhan dapat diatasi saat Ikrom menjadi Lurah Sungai Miai.

Termasuk pula persoalan anak putus sekolah, lansia yang tidak mampu, anak yatim, perbaikan rumah tidak layak huni, kebakaran, hingga persoalan-persoalan lain berhasil ditangani dan dibantu oleh Ikrom.

Ia tidak mengandalkan dana dari pemerintah, melainkan bergerak secara mandiri turun langsung menggunakan dana pribadinya dan juga bantuan dari para pelaku usaha sekitar.

Sukses dalam karir pekerjaan, nyatanya ada sosok istri yang mendukung seluruh kegiatan Ikrom. Rahmi Yati Julpah, seorang mantan pegawai bank di Batulicin yang kini menjadi sosok istri sekaligus ibu dalam keluarga kecil Ikrom.

Ikrom menceritakan perjalanannya dalam meraih cinta dan kepercayaan Rahmi. Bermodalkan pernah bertemu satu kali di Banjarmasin, Ikrom memantapkan tekadnya untuk mendatangi Rahmi di Batulicin seorang diri.

Tujuannya, hanya untuk menyampaikan niat baik yang ia bawa. Mempersunting Rahmi menjadi istrinya.

“Begitu sampai di Batulicin, sopir travel bilang tujuan saya itu paling dekat. Jadi paling awal diantarnya, karena tidak siap jadi saya minta sopir untuk mengantar yang lain dulu baru saya,” kata Ikrom sembari tersenyum.

Di perjalanan, Ikrom memantapkan dirinya untuk menyampaikan niat baik. Hingga akhirnya ia meminta diturunkan di masjid dekat rumah Rahmi.

Di sana, ia berdoa meminta kemudahan untuk niat baik yang akan ia sampaikan ke keluarga Rahmi. Terutama sang ayah.

Usai meyakinkan diri, ia pun tiba di rumah Rahmi. Tak disangka, saat itu yang membuka pintu rumah pertama kali ialah sang ayah mertua.

“Ditanya saya ini siapa, kemudian menjelaskan bahwa saya teman Rahmi. Kebetulan Rahmi saat itu lagi bekerja jadi tidak ada di rumah,” jelas Ikrom.

Ia pun akhirnya mengobrol bersama ayah Rahmi di teras rumah. Sembari itu, ia menyampaikan niat baiknya kepada ayah perempuan yang ia idamkan.

Bak gayung bersambut, niat baik Ikrom diterima oleh ayah Rahmi. Ikrom pun langsung menjadwalkan pertemuan kedua keluarga besar pada bulan berikutnya.

“Langsung saya katakan nanti datang lagi bersama keluarga saya ke sini,” papar Ikrom.

Desember 2016, Ikrom bersama keluarga besarnya mempersunting Rahmi, merencakan sejumlah resepsi pernikahan yang akan dilaksanakan pada 2017. Resepsi pun dilaksanakan dua kali secara terpisah, yakni di Batulicin dan di Banjarmasin.

Sejak menikah pada 2017, kehidupan Ikrom semakin berbeda. Kini ia memiliki tanggung jawab besar untuk membahagiakan sang istri.

Ikrom pun memilih untuk menyewa sebuah rumah untuk memulai kehidupan ia dan istri. Tak jauh dari rumah orang tuanya sendiri.

“Mengontrak itu 4 tahun, istri sabar dan menerima dengan segala kondisi kehidupan bersama saya,” ungkapnya.

Di kontrakan itu, Ikrom dan Rahmi dikaruniai dua buah hati. Kehidupan Ikrom pun semakin lengkap dengan hadirnya dua malaikat kecil yang menambah semangatnya dalam bekerja.

“Setahun setelah menikah punya anak. Waktu masih tinggal di kontrakan, kedua anak lahir,” katanya.

Hingga akhirnya, Ikrom memberanikan diri mengambil rumah untuk memberikan kehidupan yang layak pada kedua anak dan istrinya.

Rumah pertamanya pun berhasil ia miliki saat menjabat sebagai Lurah Sungai Miai dengan segala pertimbangan sebelumnya.

“Dulu itu masih mengontrak karena masih aktif jadi ajudan, jam kerja kan tidak menentu jadi kasihan istri kalau sendirian. Makanya ngontrak di dekat rumah ortu, agar dia (istri) punya temannya,” sebut Ikrom.

Ketika menjabat sebagai lurah, Ikrom pun akhirnya memiliki banyak waktu untuk bersama keluarga. Sehingga, ia memantapkan diri membeli rumah untuk memulai lagi kehidupan rumah tangganya bersama Rahmi.

Perjuangan demi perjuangan dilalui Ikrom, kini dirinya pun dikenal banyak masyarakat Banjarmasin melalui sosial media.

Kini, kehidupan Ikrom telah berbeda 360 derajat dari masa lalunya. Ikrom pun berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Terakhir, dirinya ingin agar kedua anaknya kelak bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya melebihi ia dan istri. Ia ingin, kehidupan anak-anaknya dapat lebih baik dibanding dirinya.

“Saya ibaratkan kehidupan itu seperti mobil yang mogok, kalau kita hanya menunggu bantuan saja ya tidak ada yang bergerak menolong. Tapi kalau saya bergerak sendiri untuk mendorong mobil yang mogok, orang lain yang melintas akan tergerak hatinya untuk ikut menolong juga,” jelasnya.

“Jadi jangan menunggu dibantu, tapi mulai dulu bergerak sendiri. Ubah pola pikir dan mulai jalani perubahan untuk kehidupan diri sendiri,” tutup Ikrom. (KN/FN)

Editor: Gusti Fikri Izzudin Noor

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

    Marhadi
    1 bulan  lalu

    Masya Allah… from zero to Hero , anak muda dengan segudang prestasi , anak muda yang terus belajar , anak muda yang selalu mengabdikan dirinya untuk masyarakat

    Gusti Ikrami Akbar teruslah berprestasi

    Balas

Pojok Banua TV

Infografis

IMG-20221228-WA0020
1. Infografis sosmed 10 penyakit
IMG-20221225-WA0006
IMG-20221229-WA0030
TIPS AMANKAN DATA
PENJUALAN ROKOK BATANGAN
2. Infografis sosmed 10 penyakit
IMG-20221227-WA0005

Member JMSI

Network

LAINNYA