POJOKBANUA, BANJARBARU – Tak jarang pengidap HIV/AIDS mendapatkan stigma dan diskriminasi oleh warga lain. Mereka sering dianggap dengan perilaku buruk, padahal mereka tak mudah menularkan virus HIV/AIDS tersebut.
Hal itu diungkap Ahli Madya Epidemiolog Kesehatan pada Dinkes Banjarbaru, Edi Sampana ditemui pojokbanua.com di Kantor Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Selasa (14/6/2022).
Kata Edi, stigma itu akan menghambat pihaknya dalam penanggulan. Sebab, para pengidap HIV akan merasa malu untuk berobat.
“Kami harap masyarakat jangan mendiskriminasi para pengidap HIV, sebab mereka tidak mudah untuk menularkan,” katanya.
Kata dia, pengidap HIV hanya menularkan melalui hubungan seksual. “Kalau hanya ciuman atau bergantian peralatan makan tidak akan tertular,” ungkapnya.
Dijelaskan Edi, dinas kesehatan (dinkes) harus lebih proaktif dalam menemukan orang berisiko dan melakukan tes. Orang sehat tapi bersiko itu seperti pemandu karaoke, warga binaan, hotel dan tempat hiburan lainnya.
“Tapi kalau mereka itu tidak sulit untuk ditemui atau dilakukan tes. Yang sulit itu, orang sehat berisiko seperti LGBT, WTS dan lelaki yang tidak setia,” ucapnya.
Dia menginginkan, dapat menemukan orang berisiko dan memberi penyuluhan kepada mereka. Kampanye kondom dan mengajak mereka tes juga terus digencarkan.
“Idealnya, mereka harus dilakukan tes tiga bulan sekali,” bebernya.
Dengan penyuluhan, diharapkan orang berisiko itu mau menggunakan kondom dan bahkan berhenti. (SB/KW)
Tidak ada komentar