POJOKBANUA, JAKARTA – Konten ujaran kebencian dan jumlah akun yang sebelumnya dilarang hidup kembali meningkat tajam dalam waktu singkat. Diduga, sejak Elon Musk mengambil alih Twitter.

Seperti yang dilansir CNN Indonesia, hal itu terungkap dalam hasil penelitian dari Center for Countering Digital Hate, the Anti-Defamation League, dan kelompok-kelompok lainnya yang mempelajari platform online tersebut.

Para peneliti mengungkap, perubahan di era Musk ini mengkhawatirkan. Pasalnya, ada peningkatan tajam dalam ujaran kebencian, konten bermasalah, dan akun yang sebelumnya diblokir dalam waktu sesingkat itu belum pernah terjadi sebelumnya di platform media sosial arus utama.

“Elon Musk mengirim Sinyal Kelelawar (Bat Signal) ke setiap jenis pelaku rasisme, misoginis (pembenci kaum hawa), dan homofobia (pembenci LGBT), bahwa Twitter terbuka untuk bisnis,” kata Kepala Eksekutif Center for Countering Digital Hate, Imran Ahmed, dikutip dari The New York Times, Sabtu (3/12/2022).

“Mereka pun bereaksi karenanya,” imbuhnya.

Hasil studi-studi mengungkap sebelum Elon Musk membeli Twitter, hinaan terhadap orang kulit hitam Amerika di medsos itu rata-rata mencapai 1.282 kali per hari. Setelah orang terkaya dunia itu menjadi pemilik Twitter, jumlahnya melonjak menjadi 3.876 kali sehari.

Selain itu, penelitian mengungkap ejekan terhadap pria gay atau homoseksual di Twitter rata-rata 2.506 kali per hari sebelum Musk melakukan akuisisi. Setelah itu, angkanya naik menjadi 3.964 kali per hari.

Unggahan antisemit, yang mengacu cercaan terhadap Yahudi atau Yudaisme, melonjak lebih dari 61 persen dalam dua pekan setelah Musk mengakuisisi situs tersebut.

Tak sekadar soal ujaran kebencian. Perubahan di Twitter pasca-Elon Musk juga terjadi pada kemunculan akun yang biasanya dihapus oleh Twitter. Misalnya, akun yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari Negara Islam (ISIS), yang dikategorikan sebagai kelompok teror, kembali bermunculan.

Adapun akun yang terkait dengan QAnon, penganut teori konspirasi sayap kanan, tercatat sudah berlangganan status terverifikasi alias centang biru Twitter.

Seperti diketahui, Musk sendiri mulai mengambil alih Twitter usai menyelesaikan kesepakatan senilai US$44 miliar (Rp675,9 triliun) pada akhir Oktober lalu.

Musk sejak lama menyuarakan “kebebasan berpendapat mutlak” yang percaya pada diskusi online tanpa kekangan. Dia bergerak cepat untuk merombak Twitter usai akuisisi. Di antaranya, menghidupkan kembali akun mantan Presiden AS Donald J. Trump yang sempat diblokir karena tweet-nya yang memprovokasi kekerasan di Pilpres AS 2018.

Selain itu, Musk mengusulkan amnesti massal untuk akun yang ditangguhkan oleh rezim Twitter sebelumnya, serta mengakhiri penegakan kebijakan terhadap misinformasi terkait COVID-19. (FN/KW)