POJOKBANUA, BANJARBARU – Momentum Tahun Baru Imlek kerap kali identik dengan pertunjukan barongsai. Tak terkecuali pada Tahun Baru Imlek 2574.
Dalam setiap pertunjukan barongsai, pemainnya dituntut menguasai berbagai jurus, terutama kung fu. Namun kini, barongsai tak hanya sekadar atraksi budaya, namun sudah berkembang menjadi satu olahraga.
“Saya melihat barongsai itu segi olahraga. Bukan sebuah budaya lagi, karena saat saya melatih dulu, berbagai etnis ikut. Ada dari Jawa, Banjar dan Tionghoa sendiri,” ujar pelatih barongsai dari Perkumpulan Hakka Kalimantan Selatan (PHKS), Xaverius Januardy S. kepada pojokbanua.com, Sabtu (21/1/2023).
Pelatih barongsai dari Perkumpulan Hakka Kalimantan Selatan (PHKS), Xaverius Januardy S. (Foto: Fikri Noor/pojokbanua.com)
Jo, sapaan akrabnya menuturkan, pemain yang tergabung dalam PHKS pun juga berasal dari berbagai etis, tak hanya dari warga Tionghoa saja. Sebagian besar merupakan warga Banjarbaru, karena PHKS sendiri berkedudukan di Banjarbaru.
Pada masa lalu, untuk menjadi pemain barongsai harus menguasai jurus kung fu secara menyeluruh. Karena, barongsai menuntut berbagai atraksi seperti jurus kuda-kuda.
“Jadi di masa kini, barongsai itu sudah dimodifikasi. Kita tak perlu lagi latihan kung fu. Kita ajarkan gerakan dasarnya seperti orang menari, jadi namanya Lion Dance (tarian singa),” beber dia.
PHKS yang terdiri dari 15 orang pemain, telah berusia satu tahun dan tergabung dalam Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) Banjarbaru.
“Jadi, pemain barongsai sudah menjadi olahragawan. Bukan lagi penari,” tandas Jo. (FN)
Editor: Gusti Fikri Izzudin Noor
Tidak ada komentar