POJOKBANUA, BANJARBARU – Komunitas Kolektif Extinction Rebellion (XR) Meratus Kalimantan Selatan (Kalsel) memasang spanduk sindiran darurat iklim di Bundaran Simpang Empat Banjarbaru.

Koordinator XR Meratus Kalsel, Wira Surya Wibawa menyampaikan, krisis iklim dapat mengancam keberlangsungan lingkungan hidup semua orang di muka bumi. Namun, kelompok yang paling rentan terhadap dampak krisis iklim adalah anak-anak.

“Seiring dengan meningkatnya kekeringan dan banjir yang menurunkan produksi pangan, anak-anak akan menanggung beban kelaparan dan kekurangan gizi terbesar,” ujarnya kepada pojokbanua.com, Senin (6/6/2022).

Kata dia, anak-anak bakal terdampak karena penyakit yang ditularkan melalui air dan gangguan pernapasan yang berbahaya saat suhu meningkat, kelangkaan air dan polusi udara.

“Hal yang paling sering dikeluhkan warga Banjarbaru adalah teriknya cuaca panas di siang hari yang tidak wajar seperti biasanya belakangan ini,” tuturnya.

Perwakilan BMKG Syamsudin Noor, Bayu Kencana Putra membenarkan hal tersebut.

“Kondisi cuaca umum di Kalsel sudah memasuki musim kemarau pada Juni dengan puncak musim kemarau terjadi Agustus mendatang,” terangnya.

Menurutnya, semua wilayah di Kalsel merasakan panas yang sama. Namun, cuaca di Banjarbaru yang beberapa hari terakhir cukup cerah.

Hal ini berbeda dengan di Kalsel bagian utara seperti Hulu Sungai, Balangan dan Tabalong yang masih cenderung mendung dan masih berpotensi hujan di siang hari.

“Kalsel suhu tertinggi 35,2 derajat celcius. Belum lagi ketidakstabilan iklim yang ada di Kalsel, cuaca ekstrim dari keadaan Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja,” tutupnya. (NS/KW)