POJOKBANUA,KABUPATEN BANJAR – Setiap tahun lahan sawah di Kabupaten Banjar yang terendam banjir semakin tinggi. Akibatnya, petani di Martapura Timur berhenti dan enggan menanam padi lagi.

Salah satu warga Desa Melayu Ulu, Kecamatan Martapura Timur, Tati mengatakan, ia sudah tiga tahun berhenti menanam padi. Pasalnya, lahan yang biasanya ia gunakan untuk menanam padi selalu terendam banjir, sehingga bukannya mendapatkan untung, malah ia buntung.

Terlebih lagi apabila lahan sudah mulai terendam banjir, debit air sulit untuk surut. Sehingga mengakibatkan anak padi yang baru ditanam jadi busuk dan rusak.

Hal itulah yang menyebabkan gagal panen secara terus menerus dan membuat sebagian petani menyerah akan pekerjaan tersebut.

“Saya berhenti bertani padi sudah tiga tahun karena sawah selalu terendam banjir tiap tahun. Seperti sekarang ini, beberapa petani lain baru saja selesai menanam padi sudah terendam banjir, mana airnya susah surut, akibatnya padi yang ditanam jadi rusak,” ungkapnya kepada pojokbanua.com, Sabtu (22/6/2024).

Bagi petani, modal yang dikeluarkan pun tidak sedikit, mulai dari membeli benih hingga proses penanaman padi menghabiskan modal jutaan rupiah.

“Mengapa saya berhenti menanam padi, selain prosesnya yang panjang dan melelahkan, modal yang dikeluarkan hingga jutaan rupiah pun tak jadi apa-apa karena gagal panen akibat banjir,” tambahnya.

Selain faktor lingkungan yang sudah tidak sesuai untuk dijadikan tempat menanam padi, faktor ekonomi pun menjadi penghambat bagi beberapa warga sekitar, untuk tetap melanjutkan perannya sebagai petani padi.

Sementara ini di tahun 2024, lahan sawah di kabupaten Banjar yang terendam banjir pada beberapa waktu lalu mencapai seribu hektar lebih dan mengakibatkan banyak petani yang harus kembali merasakan gagal panen karena padi terendam akibat banjir yang sulit surut. (WM2/FN)

Editor: Gusti Fikri Izzudin Noor