POJOKBANUA, Bali – Paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan memberikan makan siang gratis untuk masyarakat jika terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Dari mana sumber dana untuk program yang disebut menelan anggaran Rp 500 triliun itu?
Dilansir dari detikFinance, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno, menjelaskan banyak pihak salah paham dan menyebut Prabowo akan memangkas subsidi energi untuk mendanai program itu. Ia menyebut yang akan dilakukan bukanlah memangkas subsidi energi, melainkan efisiensi penyaluran subsidi yang dapat menekan anggaran.

“Gini, dari tadi saya salah dikutip terus loh, dan saya sudah perbaiki. Gini ya, jadi subsidi energi itu nilainya tahun lalu Rp 500 triliun, tahun ini Rp 350 triliun. Terbesar dari subsidi energi itu adalah untuk Pertalite sama LPG 3 kg, yang mana 80% penggunanya adalah masyarakat mampu,” kata Eddy, Jumat (16/2/2024).

Dia menegaskan data ini akan diperbaiki. Ke depan, penyaluran subsidi akan dialokasikan dan diberikan langsung kepada masyarakat yang berhak menerima.

“Bukan mereka yang mampu (mendapat subsidi energi) jadinya, jadi mereka yang berhak,” sambungnya.

Untuk itu dirinya kembali menekankan pihak Prabowo-Gibran tidak memiliki keinginan untuk memangkas jumlah subsidi energi, apalagi subsidi BBM seperti yang banyak diisukan.

“Jadi tidak ada kata-kata ‘memangkas’ (subsidi), tidak ada intensi (keinginan) memangkas. Jadi kami melakukan evaluasi terhadap subsidi energi agar diberikan kepada mereka yang berhak, sehingga tepat sasaran,” tegas Eddy.

Dari efisiensi pemberian subsidi inilah pemerintah dapat menekan anggaran, dengan begitu selisih anggaran subsidi sebelumnya dapat digunakan untuk keperluan pemerintah lainnya.

“Kalau itu dilakukan, otomatis besaran subsidi energi akan berkurang yang mana kemudian dananya bisa dipakai untuk yang lain-lain,” ungkapnya.

Di luar itu Eddy mengaku pihak TKN juga sudah mengusulkan kepada Prabowo jika ia benar terpilih nanti, pemerintah perlu menggali potensi sumber-sumber energi terbarukan yang ada. Dengan begitu pemerintah dapat mengurangi jumlah ekspor BBM dan LPG yang memakan sebagian besar dana subsidi energi saat ini.

“Terus saya tambahkan juga bahwa kami juga harus menggali sumber-sumber energi terbarukan yang ada di dalam negeri, seperti energi surya, terus kemudian energi panas bumi, dan lain-lain. Supaya apa? Itu mengurangi kebutuhan kita untuk BBM impor, LPG impor. Otomatis kan ada penghematan juga,” jelas Eddy.

Saat ditanya apakah selisih dana ini akan digunakan untuk biaya program makan siang atau keperluan yang lain, Eddy mengaku belum tahu ke depannya dana tersebut akan dimanfaatkan untuk apa. Sebab ia sendiri belum mendapatkan arahan lebih lanjut.

“Ya kan pertanyaan ke saya (saat wawancara sebelumnya) ‘itu program makan siang gimana pembiayaannya?’, saya bilang salah satunya dari peningkatan rasio perpajakan. Bisa juga dari cara kita kemudian mengelola subsidi energi menjadi lebih efisien,” katanya.

“Ya saya tidak tahu, tapi untuk tindak lanjutnya (program efisiensi subsidi energi dan pengalokasian dana) kami sebagai tim pekerja menunggu arahan,” papar Eddy lagi. (Detik.com/iwan)

Editor: Bambang Setiawan