POJOKBANUA, BANJARBARU – Nasib tambang rakyat berupa pendulangan intan di Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, kini tengah di ujung tanduk. Pasalnya, pembahasan antara DPRD Banjarbaru dengan Pemko Banjarbaru soal pemberian ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Banjarbaru untuk tambang rakyat masih mandek.

Ketua Pansus VI DPRD Banjarbaru, Emi Lasari bersama jajarannya tetap memegang teguh satu sikap, yaitu tetap memperjuangkan agar tambang rakyat dapat diberi ruang dalam RTRW Banjarbaru. Karena ini merupakan persoalan nyata di tengah masyarakat Cempaka.

“Di mana selama puluhan tahun dan dilakukan pembiaran tanpa diatur, maka harus dilegalkan. Ini menyangkut tradisi yang sudah turun temurun serta soal hajat hidup orang banyak,” ucap Emi belum lama tadi.

Lalu, bagaimana sejarah tambang rakyat intan yang disebutkan telah berlangsung puluhan tahun dan sudah turun temurun?

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan, Mansyur pun mencoba membeberkan sejarah tambang rakyat intan di Cempaka. Menurutnya, terdapat legenda munculnya intan di wilayah Cempaka, di antaranya terdapat intan di batang pohon Martapura yang berasal dari air mata seorang puteri yang tidak bahagia dalam percintaan. Kemudian legenda lainnya, yakni Perahu Nabi Noah (Nuh) yang melintasi Gunung Meratus hingga hancur dibawah perahunya yang membentuk sungai Riam Kiwa dan Riam Kanan.

“Diperkirakan, penambangan rakyat di wilayah Cempaka sudah berlangsung mulai dari abad ke-14. Hingga abad ke-19, tanah-tanah yang mengandung intan, yang dimiliki para bangsawan, digarap oleh para pendulang. Hasilnya, intan 4 karat ke atas wajib dijual kepada bangsawan pemilik tanah. Pemilik tanah juga mendapat hasil sepertiga dari taksiran harga intan,” ucapnya kepada pojokbanua.com. Sabtu (18/3/2023) siang.

Pendulangan di Cempaka termasuk tipe Sungai Tiung, Pumpung, Cempaka. Pasalnya, Pendulangan Intan Cempaka berada di lokasi yang disebut Sungai Tiung dan Pumpung. sekarang berada dalam daerah Kecamatan Cempaka Banjarbaru, dahulunya masih termasuk Kabupaten Banjar.

Ia menjelaskan, berdasarkan pendapat para ahli geologi, dulunya Sungai Tiung dan Pumpung masuk dalam lokasi Danau Surian (Danau Seran), sebagai danau purba. Lokasi ini berada dalam lokasi yang selalu tergenang air, apalagi jika musim penghujan.

Lapisan atas lokasi pendulangan Sungai Tiung dan pumping sudah mengandung pasir dan tanah lumpur. Pada kedalaman 2 sampai 5 meter secara variatif sudah mengandung batu kerikil putih susu, putih tulang, rose kuarsa, kuarsa bening, titimahan, emetis dan sejenisnya. Ketebalan batuan mencapai 2 sampai 4 meter.

“Pada lapisan ini ditemukan batu intan. Lapisan payantakan tipe Sungai Tiung dan Pumpung adalah tanah liat lempung warna kuning kecoklatan,” imbuh Mansyur.

Pria yang juga Dosen Prodi Pendidikan Sejarah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini menerangkan tipologis pendulangan intan Cempaka, Bangkal, Banyu Irang, Palam, Sambangan dan sekitarnya adalah jenis pendulangan intan aluvial. Batuan intan berada dalam lapisan yang bersamaan dengan batuan kerikil lepas pada kedalaman 3 sampai 9 meter di daerah danau purba dan sungai purba. Tidak heran jika pendulangan kawasan ini sering longsor, bahkan kerap kali menelan korban jiwa khususnya pada musim penghujan.

Sejak abad ke-17, sudah banyak saudagar Cina yang berdagang intan berlian di Martapura, Ibu Kota Kesultanan Banjar yang dijuluki Kota Intan. Mereka juga secara diam-diam telah memiliki tanah yang potensinya banyak mengandung intan di Martapura-Kabupaten Banjar.

Beberapa peneliti asing sejak abad ke-19 seperti Van Gaffron, Schawaner, Van Bemmelen dan lain-lain telah melaporkan hasil riset mereka tentang kandungan bumi Banua Banjar Kalsel yang sangat potensial mengandung intan berlian. Mereka menjelajah kawasan Cempaka, Riam Kanan dan Riam Kiwa untuk menyelidiki lapisan geologi kawasan tersebut.

“Sehingga menghasilkan kesimpulan tentang lapisan primer, sekunder dan tersier dengan segala potensi geologi,” bebernya.

Sebuah penelitian tambang intan tradisional di Cempaka yang berkaitan dengan jalur Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa sebagai gudang deposit intan berlian Banua Banjar telah ditulis oleh L.K.Spencer, yang merupakan hasil riset ilmiah geology dan gemology berjudul The Diamond Deposits of Kalimantan, Borneo: Journal Gems & Gemology, Summer yang diterbitkan pada tahun 1988. (FN/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani