POJOKBANUA, TANAH LAUT – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus mendorong proses regenerasi petani dan pengembangan usaha pertanian melalui akses permodalan, khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang disupport oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD), sebuah lembaga pembiayaan Internasional di bidang pertanian, Kementan terus meningkatkan minat generasi muda untuk berwirausaha.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengingatkan pentingnya akses permodalan bagi para pelaku bisnis pertanian.

“Permodalan menjadi faktor penting dalam kegiatan usaha para petani milenial. Penting sebagai upaya mereka dalam mengembangkan skala usaha mereka, untuk itu akses permodalan khususnya KUR harus terus diupayakan,” jelasnya.

Kementan terus memasifkan informasi mengenai akses KUR bagi petani milenial yang kali ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknisnya SMK-PP Negeri Banjarbaru selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) YESS Programme Kalimantan Selatan (Kalsel).

SMK-PP Negeri Banjarbaru kali ini mengadakan Millenial Agriculture Forum (MAF) edisi Tani Akur tema: “Literasi Perencanaan Keuangan dan Investasi Bagi Petani Muda”. MAF disiarkan langsung secara daring dari BPP Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel, Rabu (31/1/2024).

Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru selaku penanggung jawab program YESS Kalsel, Budi Santoso menyampaikan bahwa petani muda Kalsel tidak kalah dengan petani di Jepang dalam hal komoditas dan alat.

“Setelah saya berkunjung ke Jepang melihat pertaniannya, petani kita sebenarnya tidak kalah. Namun kita masih kurang dalam hal literasi dan pencatatan keuangan. Jadi, melalui MAF ini kita bisa menambah ilmu terkait literasi keuangan, perencanaan bisnis dan pengaplikasiannya,” terangnya.

Adapun, MAF kali ini mengundang empat narasumber di antaranya M. Din Arnayoga (Pemasaran Bank Kalsel cabang Bati-Bati), Donny Ilman Muttaqien (Kepala BPP Kecamatan Bati-Bati), Hendri (Offtaker Hortikultura Bati-Bati), Riyadi (Local Champion Penerima Manfaat Program YESS).

Mengawali materi dari Bank Kalsel Cabang Bati-Bati, M. Din Arnayoga menjelaskan bahwa akses permodalan untuk pengembangan usaha pertanian memiliki berbagai opsi pilihan dan tentunya memiliki bunga rendah. Namun untuk mengajukan, petani harus memiliki usaha minimal sudah berjalan selama enam bulan dibuktikan dengan laporan, serta surat keterangan dari kelurahan.

Riyadi, seorang petani muda yang melaksanakan usaha pertanian budidaya sawi, selada, dan pakcoi dengan sistem hidroponik mengajak milenial untuk terjun di dunia pertanian. Sebab, dengan usaha pertanian bisa membantu banyak orang dan jangan takut untuk mencoba. Selain itu, dipersilakan siapa saja datang ke tempatnya untuk saling belajar tentang hidroponik.

Pemaparan dilanjutkan Donny Ilman Muttaqien. Menjelaskan, sektor pertanian ke depan akan terus maju, melalui peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) untuk memudahkan pembinaan dan penumbuhan petani. Berharap, terus muncul petani baru dan tentunya BPP memfasilitasi untuk saling berbagi ilmu dengan petani pemula dengan yang sudah berpengalaman dengan membentuk grup petani.

Terakhir, Hendri selaku Offtaker Hortikultura dari Bati-Bati pun mengajak petani yang baru memulai usaha untuk konsisten dengan komoditas yang ditanam dan harus kontinyu, lalu menjaga kualitasnya. Selain itu, ia memberikan saran agar berpikir ulang untuk bekerja sama dengan pembeli. Lebih baik mengajukan kredit seperti di Bank Kalsel untuk pengembangan usahanya.

Penutup statemen disampaikan oleh Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti. Dia berpesan, petani muda terus memajukan pertanian Indonesia. Petani muda harus naik kelas, berani mengembangkan usaha, mampu meningkatkan kapasitas, dapat mengakses permodalan dan berpikir modern.(SMKPPN Banjarbaru/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani