POJOKBANUA, BARABAI – Pengurus Daerah (PD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) mensosialisasikan pendidikan adat, beberapa waktu lalu.

Mulai dari Dewan Adat Dayak (DAD), para Kepala Adat, Tokoh Adat, Damang, pengurus dan kader AMAN HST, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) dan unsur masyarakat adat lainnya ikut dalam sosialisasi itu.

Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) AMAN HST, Syahliwan dalam kesempatan itu jadi narasumber sosialisasi. Menurutnya, pendidikan adat ini sangat penting sebagai upaya pelestarian pengetahuan lokal.

Ia menekankan, pendidikan adat ini harus berbasis komunitas masyarakat adat, dimulai dari dan oleh komunitas. Isinya pun juga harus menyesuaikan dengan kehidupan dan budaya masyarakat adat setempat.

“Pendidikan formal sekarang ini seakan menjadi jurang pemisah antara orang tua dan anak-anak, karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang padahal tidak bisa dinikmati secara merata,” ujarnya di Barabai, Sabtu (15/6/2024).

Syahliwan memaparkan, pendidikan adat terjadi secara alami tidak ada jurang pemisah antara orang tua dengan anak-anak karena dekat dengan aktivitas kehidupannya sehari-hari.

“Misalnya, anak selalu ikut orang tua di ladang atau kebun. Kalau sakit pergi ke dukun, tabib, dan kalau disini ke seorang balian. Ini bentuk pengetahuan lokal yang patut dijaga,” lanjutnya.

Ketua AMAN HST, Yulius Tanang mengatakan, ke depan di setiap komunitas adat atau di desa lingkungan masyarakat adat ditargetkan akan diaktivasi dalam bentuk sekolah adat.

“Tujuannya menghidupkan kembali adat dan budaya khususnya Dayak Meratus di Kabupaten HST agar tidak tertinggal dari yang lainnya,” cetusnya.

Menurutnya, pendidikan adat ini merupakan gerakan inisiatif para masyarakat adat agar berbagai pengetahuan lokal dapat tetap lestari.

Oleh karena itu, pihaknya melibatkan para tetua adat setempat untuk sama-sama berbagi pengetahuan kepada generasi masyarakat adat masa depan. (MH/FN)

Editor: Gusti Fikri Izzudin Noor