POJOKBANUA – Pasukan Israel menggempur daerah-daerah di Jalur Gaza tengah Rabu (19/6) malam hingga Kamis (20/6) dini hari, menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya, menurut petugas medis, sementara tank-tank memperdalam invasi ke Rafah di Gaza selatan, kata warga.

Pesawat-pesawat Israel menyerang sebuah rumah di kamp Al-Nuseirat, menewaskan dua orang dan melukai 12 lainnya, sementara tank-tank menyerang daerah di kamp Al-Maghazi dan Al-Bureij, melukai banyak orang lainnya, kata para pejabat kesehatan. Nuseirat, Maghazi, dan Bureij adalah tiga dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Gaza.

Di Deir al-Balah, sebuah kota yang dipenuhi pengungsi di Jalur Gaza tengah, serangan udara Israel menewaskan seorang warga Palestina dan melukai beberapa lainnya pada hari Kamis, kata petugas medis.

Militer Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa pasukannya melanjutkan operasi mereka di wilayah kantong tersebut dengan menarget militan dan infrastruktur militer dalam apa yang mereka gambarkan sebagai kegiatan dengan “sasaran berpresisi dan berbasis intelijen.”

Lebih dari delapan bulan setelah perang di Gaza, gerak maju Israel kini terfokus pada dua wilayah terakhir yang belum diserbu pasukannya: Rafah di tepi selatan Gaza dan wilayah sekitar Deir al-Balah di Gaza tengah. Operasi tersebut telah memaksa lebih dari satu juta orang mengungsi sejak bulan Mei, sebagian besar sudah mengungsi dari wilayah lain di Gaza.

Warga Palestina bergegas meninggalkan tempat mereka saat Israel melakukan pemboman di kawasan Rafah di Jalur Gaza selatan, 19 Juni 2024. (Bashar TALEB / AFP)

Di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, tank-tank Israel yang ditempatkan jauh di wilayah barat dan tengah kota meningkatkan pemboman, memaksa lebih banyak keluarga yang tinggal di wilayah pesisir mengungsi jauh ke utara. Sebagian warga mengatakan laju serangan telah ditingkatkan dalam dua hari terakhir.

“Tank-tank menguasai sebagian besar wilayah di Rafah. Orang-orang yang tinggal di tepi pantai juga mulai meninggalkan wilayah Khan Younis dan pusat kota karena ketakutan akan pemboman yang terus berlanjut,” kata Abu Wasim, seorang warga dari lingkungan Al-Shaboura di Rafah. Dia meninggalkan rumahnya lebih dari seminggu yang lalu sebelum tank-tank meluncur mencapai jantung kota.

Rafah menampung lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza hingga 7 Mei, ketika pasukan Israel memulai serangan darat ke kota tersebut. Saat ini diyakini kurang dari 100.000 orang masih bertahan di kota itu.

Belum ada tanda-tanda akan berhentinya pertempuran karena upaya mediator internasional, yang didukung oleh Amerika Serikat, gagal membujuk Israel dan Hamas untuk menyetujui gencatan senjata.

Warga Palestina menaiki gerobak yang ditarik hewan di kawasan perumahan pengungsi di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 19 Juni 2024, di tengah konflik antara Israel dan Hamas. (Bashar TALEB / AFP)

Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan para pejuang melawan pasukan Israel dengan roket anti-tank dan bom mortir, dan di beberapa daerah meledakkan bom yang sudah dipasang sebelumnya untuk menghadang unit-unit tentara Israel.

Pada hari Kamis, pihak berwenang Israel membebaskan 33 warga Palestina yang telah ditahan selama beberapa bulan terakhir oleh pasukan Israel di berbagai wilayah kantong tersebut. Para tahanan yang dibebaskan dirawat di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah setelah mereka mengeluhkan penyiksaan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sipir penjara Israel.

Israel membantah melakukan penganiayaan terhadap tahanan Palestina. Kelompok-kelompok hak asasi manusia Palestina dan internasional telah mengkritik apa yang mereka katakan sebagai perlakuan buruk Israel terhadap tahanan warga Gaza dan berulang kali menuntut agar Israel mengungkapkan keberadaan dan informasi mengenai kesejahteraan mereka. (Voaindonesia.com/BS)

Editor: Bambang Setiawan