POJOKBANUA, MARTAPURA – Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai pemuka agama Islam yang bijak dan berkharisma.

Dikutip dari buku Guru Sekumpul: Kisah Singkat Guru Sekumpul tulisan Sterno Pena dan Alif Toha, Saputra (2020), Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942, merupakan anak dari pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

Muhammad Abdul Gani memiliki seorang adik bernama Hj. Rahmah. Ia juga mempunyai dua orang putra, yaitu Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali. Sejak kecil, beliau selalu berada di samping sang ayah dan neneknya, Salbiya.


Pendidikan agama telah ditekuninya sejak kecil. Dia juga diajarkan untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan menghormati guru serta ulama. Tidak heran jika sifatnya sangat mulia, penyabar, pemurah, dan penuh kasih sayang.

Perjalanan hidup beliau pun tidak selalu mulus. Ketika masih kecil, Abah Guru Sekumpul dan keluarganya yang terdiri dari empat orang harus berbagi satu nasi bungkus dengan lauk pauk satu biji yang dibagi empat.

Meski menderita, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengeluh. Mereka tetap bersyukur dan berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan mendirikan usaha jualan kedai minuman seadanya.

Saat menginjak usai sembilan tahun, tepatnya ketika malam Jumat, beliau sempat bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal, ada seseorang yang berdiri dan menjaga pintu masuk yang bertuliskan “Sapina Al-Auliya”. Namun dalam mimpi itu, ia tidak diperbolehkan masuk.

Abah Guru Sekumpul kembali memimpikan hal yang sama. Namun kali ini, beliau sudah diperbolehkan masuk. Ketika merantau ke Jawa, ia mengalami hal yang tidak disangka. Orang yang menyambutnya di tanah Jawa adalah orang yang ditemuinya dalam mimpi.

Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul telah menyampaikan banyak petuah. Salah satunya adalah ajaran agar tidak tertipu dengan keanehan dunia. Beliau juga membuat karya tulis, di antaranya Risalah Mubaraqah, Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah, dan lainnya.

Pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul mengembuskan napas terakhir di usia 63 tahun. Beliau berpulang ke rahmatullah setelah sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit selama 10 hari.(dari berbagai sumber/ay)