POJOKBANUA, BANJARBARU – Dalam mengatasi prostitusi di eks lokalisasi Pembatuan yang disinyalir masih kucing-kucingan, mencuat dua solusi.

Solusi pertama datang dari Anggota DPRD Banjarbaru, Nurkhalis Anshari. Dia menilai, warga setempat perlu diberi pembekalan kepada masyarakat setempat.

Pembekalan yang dimaksud seperti pelatihan-pelatihan. Diharapkan, dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan pola pikir masyarakat dapat terbuka, tidak lagi menyediakan tempat prostitusi atau pekerja prostitusi.

“Membuka rumah industri atau kerajinan-kerajinan UMKM yang (diharapkan) bisa mereka kerjakan, sehingga dapat menekan aktivitas prostitusi di wilayah tersebut,” ungkapnya kepada pojokbanua, belum lama tadi.

Pria yang akrab disapa Khalis ini menegaskan, pekerja prostitusi yang masih aktif sembunyi-sembunyi di sana bukan merupakan warga Kota Banjarbaru, maka disarankan agar dikembalikan ke kota asalnya. Namun, jika mereka adalah warga Banjarbaru maka perlu diedukasi.

“Seperti pembinaan, pelatihan ataupun upaya dari pemerintah untuk memberi lapangan pekerjaan dan sebagainya,” tambahnya.

Di sisi lain, solusi kedua datang dari Kepala Satpol PP Banjarbaru, Hidayaturahman. Dirinya berpandangan, agar usaha indekos mahasiswa dapat dikembangkan di kawasan eks lokalisasi Pembatuan.

Pasalnya, kawasan ini dekat dengan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari.

“Nilai ekonomisnya bisa lebih tinggi dan mahasiswa pun terbantu, karena mereka punya akomodasi alternatif lain selain asrama yang disiapkan oleh pihak lembaga pendidikan,” tutur Dayat, sapaan akrabnya.

Berdasarkan informasi yang didapat jajarannya, Kampus UIN Antasari pada tahun pertama akan ditempatkan di asrama. Namun, setelah tahun pertama selesai mereka diperbolehkan tinggal di luar asrama.

Dengan begitu, kemungkinan besar bisa menjadi peluang bagi warga di eks lokalisasi Pembatuan beralih usahanya. Sehingga tidak lagi digunakan untuk kegiatan prostitusi, namun digunakan sebagai pemondokan mahasiswa.

Selain itu, dari 15 sampai 20 rumah itu rata-rata memiliki warung. Dia menilai, warung ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa.

“Kita minta bantuan teman-teman untuk mencoba menyampaikan peluang ini, sehingga mereka terbuka pemikirannya untuk berubah usaha,” tandasnya. (FN/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani