POJOKBANUA, BARABAI – Video berdurasi 25 detik yang menampilkan para siswa tampak joget-joget di MTsN 6 Hulu Sungai Tengah (HST) viral dan tengah menjadi sorotan masyarakat.

Dalam video itu terlihat muda-mudi bersaragam hitam berjoget sambil berbasah-basahan. Videonya pun sempat tersebar di sejumlah platform media sosial (medsos) pada Minggu (19/5/2024) hingga jadi buah bibir berbagai kalangan.

Kepala MTsN 6 HST, Azizatul Ulya saat dikonfirmasi membenarkan bahwa video tersebut berada di madrasahnya untuk keperluan video kenang-kenangan kelas sembilan.

Ia mengungkapkan, pengambilan videonya pun sudah terjadwal dengan konsep dan skenario yang sudah disetujui oleh dirinya. Namun, untuk potongan video yang viral itu diakuinya di luar dari skenario yang telah disusun.

“Setelah selesai pembuatan video itu ternyata masih ada sisa air dari pemadam kebakaran yang kami sewa. Lalu, untuk menghabiskan air tersebut diguyurlah air itu ke siswa dan itu diluar skenario. Kebetulan ada siswa memutar musik dan ada yang memvideo,” ungkapnya, Kamis (23/5/2034) sore.

Kemudian, dipasanglah oleh siswa video itu di status WA dan video tersebut akhirnya menimbulkan kesan negatif terhadap sekolahnya. Hal itu diakuinya murni di luar dugaan dan diluar dari konsep yang telah disusun.

“Kami sedikitpun tidak berniat melakukan hal-hal yang negatif apalagi sampai mencoreng nama baik madrasah,” lanjutnya.

Azizatul menerangkan, jika dipanggil oleh atasan buntut dari viralnya video tersebut, dirinya pun siap menghadap dan menjelaskan semua ini. Walaupun ia mengakui sudah beberapa kali dihubungi pihak Kemenag terkait masalah ini.

Sementara itu, Kementrian Agama (Kemenag) HST dipastikan akan memanggil Kepala MTsN 6 HST, buntut viralnya video joget-joget siswa di lingkungan madrasah tersebut.

“Untuk memastikan apakah itu spontanitas siswa atau memang dikonsep demikian, kami akan memanggil kepala madrasahnya,” ujar Kepala Kemenag HST, M Rusdi Hilmi, belum lama tadi.

Rusdi berpesan, diharapkan pihak Madrasah lebih selektif lagi dalam melaksanakan kegiatan dan diisi dengan hal positif yang mencerminkan pendidikan. Hal ini agar jangan menimbulkan kontroversi di kemudian hari.

“Tak perlu berlebihan, apalagi persoalan dana, jangan sampai tidak sesuai dengan kemampuan sekolah,” tutupnya. (MH/FN)

Editor: Gusti Fikri Izzudin Noor