POJOKBANUA, BANJARBARU – Kebijakan PPKM Level 4 yang terus diperpanjang, bukan hanya memberi dampak yang signifikan karena adanya larangan dine-in atau makan di tempat, tapi juga petani ataupun penyangrai kopi.
Penyangrai kopi skala rumahan, Khairul mengatakan, dirinya yang berperan menjadi penghubung antara kebun kopi dengan kedai umumnya, kebijakan itu dirasa terlalu menggigit pelaku bisnis kedai kopi hingga berimbas.
Pasalnya, kebijakan itu cukup mengurangi minat pelanggan untuk membeli produk kopi dan olahan di coffe shop.
“Meskipun dibijaki kembali dengan solusi take away atau delivery order, tapi kalo boleh dibilang budaya atau kebiasaan kita belum sampai ke sana,” ujarnya kepada pojokbanua.com, Rabu (11/08/2021).
Ia menambahkan, adaptasi kebiasaan tersebut membutuhkan waktu tidak sebentar, sedangkan biaya operasional di kedai kopi tidaklah murah.
Menurutnya, diawal PPKM usaha kedai kopi 100 persen tak mendapatkan income atau pendapatan sedangkan biaya operasional tetap berjalan untuk menutup biaya operasional dan gaji karyawan.
“Sementara itu, ada beberapa kedai yang terpaksa merumahkan barista-nya. Pengaturan stok bahan yang jadi tidak sesuai perhitungan normalnya lagi, terpaksa tidak bisa dipakai. Ini contoh sekian kerugian pembatasan ini. Intinya, market kami sedang sulit,” ucapnya.
“Di lini saya sendiri sebagai supplier biji kopi mentah, banyak meminta untuk barang bisa diserap agar dapat menguangkan stok yang ada,” ungkapnya. (MS/PR)
Tidak ada komentar