Slide Gambar

Pembuat Tepung Beras Tradisional di Desa Bangkal, Mata Pencaharian Berharga Meski Upah Tak Seberapa

waktu baca 2 menit
Minggu, 10 Sep 2023 14:17 0 Wahyu Firdha

POJOKBANUA, BANJARBARU – Desa Bangkal, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) terdengar dentuman tak berirama yang bersahutan, Sabtu (9/9/2023).

Ini bukan kebisingan kota besar, melainkan suara lesung tradisional yang menunjukkan kehidupan yang berakar kuat di desa ini. Tiba sekira pukul 15.00 Wita, ditemukan pemandangan yang cukup mempesona.

Jurnalis pojokbanua.com, Wahyu Firdha

Sejumlah perempuan menyambut ramah sembari sibuk menumbuk beras dengan alat tradisional lesung. Mereka terlihat begitu asyik dalam pekerjaan mereka, seolah-olah menyanyikan lagu rahasia dari masa lalu yang mereka nikmati.

Info Iklan

Aslamiah, seorang wanita berusia 50 tahun ini telah menekuni profesi sebagai penumbuk beras atau pembuat tepung beras selama lebih dari 20 tahun.

“Alhamdulillah, ini telah membantu perekonomian keluarga kami. Terutama karena suami saya hanya seorang petani, serta kerja serabutan lain yang penghasilannya tidak seberapa,” ungkapnya tersenyum tulus.

Dirinya telah banyak menerima pesanan sejak bertahun-tahun untuk membuat tepung beras secara tradisional ini. Biasanya, mereka menggunakannya untuk membuat kue atau hidangan khas atau bahkan mengubah beras menjadi tepung.

Beras yang diubah menjadi tepung, ia menerima upah sekitar Rp3000, sedangkan untuk ketan Rp4000 ribu per liter.

“Upah ini mungkin tidak sebesar upah pekerjaan modern, tetapi bagi kami di sini, ini adalah mata pencaharian yang berharga,” ujarnya.

Menurutnya, alat tumbuk beras lesung seperti yang mereka gunakan sekarang hampir tidak lagi ditemukan di daerah lain atau dengan kata lain hampir punah oleh modernitas.

“Ini adalah tradisi yang kami pertahankan dengan bangga, meski pun alat tradisional kami hampir punah oleh perkembangan zaman. Hanya sedikit dari kami yang masih mempraktikan cara ini, karena yang lainnya lebih suka pergi ke pabrik,” jelasnya.

Kisah Aslamiah dan perempuan-perempuan di Desa Bangkal adalah pengingat akan pentingnya melestarikan warisan budaya dan tradisi. Simbol masyarakat yang gigih menjalani hidup, enggan menyerah walau susah. (WF/KW)

Editor: Yuliandri Kusuma Wardani

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pojok Banua TV

Infografis

IMG-20221225-WA0006
IMG-20221227-WA0005
IMG-20221228-WA0020
2. Infografis sosmed 10 penyakit
1. Infografis sosmed 10 penyakit
IMG-20221229-WA0030
TIPS AMANKAN DATA
PENJUALAN ROKOK BATANGAN

Pemilu Serentak 2024

Pemilu Serentak 2024

Pemkab Banjar

pemkab banjar

Member JMSI

PWI

Network

LAINNYA