POJOKBANUA, KUPANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur menyerah menangani bencana banjir dan longsor, lantaran banyaknya korban terdampak.
Kepala BPBD Kota Kupang, Jemmi Didok mengaku, pihaknya juga keterbatasan anggaran dan personel.
“Saya minta penetapan tanggap darurat, karena dari BPBD sendiri sudah tidak mampu menangani kasus yang terjadi dua hari ini”, jelasnya, dikutip dari kompas.com.
Kini, Kota Kupang telah diusulkan untuk menetapkan status tanggap darurat. Bahkan, belum ada posko bencana yang didirikan.
“Saya sudah meminta kepada seluruh lurah, untuk membantu membangun posko pengungsian warga di sekolah-sekolah dan rumah ibadah,” ucapnya.
Jemmi menuturkan, belum bisa merinci berapa banyak korban terdampak. Berdalih, laporan masih terus berjalan.
“Sudah ratusan (warga terdampak) dalam dua hari ini. Dan data terus masuk ke kami (BPBD), sehingga selalu naik setiap saat laporannya”, kata dia.
Menurutnya, ia telah memerintahkan seluruh jajarannya untuk terjun ke lapangan dan mendata korban terdampak. “Hampir merata semua yang terdampak hujan dan angin kencang,” lanjutnya.
Hingga kini, belum ada bantuan yang bisa diberi karena masih mendata kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kendala lain, BPBD belum memiliki persediaan logistik.
“Stok terbatas, hanya pada makanan berupa mie instan dan makanan cepat saji. Itupun belum bisa disalurkan, karena BPBD masih sibuk dengan banyak pohon tumbang pada jalan-jalan protokol di Kota Kupang,” bebernya.
Adapun, beberapa titik banjir dan longsor terparah yakni di Kelurahan Oesapa, Oebufu dan Lasiana, Kelurahan Belo, Kuanino, Fontein dan Kayu Putih.
Seperti diketahui, hujan lebat dan angin kencang terjadi sejak Sabtu (3/4/2021). Mengakibatkan sejumlah titik terendam air dan ratusan rumah warga rusak. (MH/PR)
Tidak ada komentar