Slide Gambar

Balada Pemulung dan Keluarga, Kini Hidup Di Dekat Tempat Sampah

waktu baca 4 menit
Minggu, 8 Agu 2021 15:15 0 Musa Bastara

POJOKBANUA, BANJARBARU – Siti Hasanah (12) dan adiknya, Saprani (6) tengah bermain di bahu jalan. Kadang mobil-mobil besar membersit dan menyepah debu ke tepian jalan. Tetapi kendati demikian, mereka tampak nyaman saja bermain, seolah kehidupan semacam itu tidak seketika merenggut masa kecil mereka.

Ketika jurnalis pojokbanua.com memberikan susu kotak dan snack, raut gembira semakin terpahat di wajah mereka yang habis bergelut dengan debu dan sinar matahari. Mereka segera menyeruput dengan pelan, seolah merasakan setiap tegukan mengalir ke kerongkongan.

Madi (41) adalah ayah dari kedua bocah tersebut, bersama isterinya Laila, membangun sebuah tempat tinggal sederhana tanpa dinding dan jendela. Ia dan keluarganya terpaksa tidur di atas gerobak di tepian Jalan Golf, Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru.

Mereka juga membangun kelambu untuk bisa sekedar tidur dengan nyaman. Sedikit “kemewahan”, adalah telepon tua yang memutar beberapa lagu, biasa menjadi hiburan sederhana keluarga itu. Sebuah akumulator, atau biasa dikenal sebagai baterai aki, merupakan pengisi daya bagi telepon tua tersebut. Dipinjamnya dari orang sekitar. Selain itu, bisa dibilang tak ada kemewahan lain, kecuali kehangatan di antara keluarga kecil itu.

Info Iklan

Pria yang cuma lulusan kelas 4 Sekolah Dasar itu mengaku, terpaksa mesti berpindah-pindah tempat tinggal karena tak mampu lagi membayar sewa kontrakan.

“Sebelumnya kami mengontrak di Gang Sepakat, Banjarmasin. Tapi karena tidak bisa membayar sewa kontrakan 250 ribu sebulan, terpaksa harus minggat,” katanya kepada Pojokbanua.com, Minggu (8/8/2021) siang.

Begitu malam turun, ia akan berangsur-angsur mendorong gerobaknya ke tempat sampah-sampah menggunung. Walau terkesan gelap, ia menemukan sampah rongsokan yang bisa ditukar dengan sedikit uang. Pencarian itu tidak sebentar. Ia mengaku mencari sampah dari jam 8 malam hingga 1 subuh.

Madi dan gerobak yang menjadi rekan mencari sampah. (Foto: Musa Bastara)

“Biasa pendapatan sehari itu tidak menentu, namun sering tidak lebih dari 50 ribu. Kalau beruntung ada biasa dapat sekitar 100 ribu, tapi jarang,” ungkapnya.

Ia menambahkan, untuk sekilo sampah plastik biasa dibayar seribu, sedangkan sekarung 15 ribu.
Ia dan sekeluarga sebelumnya menetap di Berangas, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala. Madi datang ke Banjarbaru berniat mencari pekerjaan. Beberapa pekerjaan telah ia lakoni, tapi kemudian ia tersandung kasus pencurian.

Ketika itu ia ketahuan mencuri burung milik seorang cepu (sebutan orang yang bekerja untuk polisi). Ia pun dikasih hajar sampai babak belur. Setelah itu, ia diamankan dan terbungkam di balik terali besi selama sembilan bulan. Beruntung, masa hukumannya dipersingkat satu bulan.

Setelah itulah ia bekerja sebagai pemulung sampah.

“Saya mulai mencari sampah sebelas tahun lalu, saat anak saya pertama ini masih merah (masih bayi). Saya ingat dulu, mencari sampah sambil membopongnya dengan karung,” ceritanya.

Di antara pekerja sampah bahkan katanya, sering terjadi persaingan, tidak jarang juga perkelahian. Masalahnya pun sepele, contohnya berebut sampah bekas buku. Demikian bisa berujung kematian, sebab mereka tidak segan bermain senjata tajam (sajam).

Sekarang anak itu telah beranjak gadis. Bisa dilihat bahwa Siti Hasanah adalah seorang anak dengan keingintahuan yang tinggi. Itu saat jurnalis pojokbanua.com sibuk berbincang dengan ayahnya, ia tampak memerhatikan bahkan mengeja beberapa kata yang saya tulis. Sesekali juga bertanya.

“Dulu saya pengen jadi dokter, sekarang mau jadi guru!” serunya.

Sayangnya, Siti Hasanah tidak pernah mengecap bangku sekolah. Ini terkendala beberapa hal, semisal uang buat membeli sepatu, seragam sekolah, tas dan peralatan sekolah lainnya. Adapun, dari pihak keluarga ada sikap kecemburuan yang membikin orangtuanya mempertimbangkan pendidikan kedua anaknya.

Untuk mandi, isteri Madi mengatakan, ada sebuah sumur tidak jauh darisana. Untuk mencuci pakaiannya juga di sana. Malam menjelang, untuk menghalau nyamuk, seringkali mengandalkan keranjang telur yang dibakar.

Madi sangat bersemangat saat memamerkan gelang jam yang ia temukan di tempat sampah. Begitu juga mainan untuk anaknya. Segala macam barang “mewah” tersebut ia temukan di antara tumpukan sampah, bahkan boneka beruang besar yang menjadi teman tidur Hasanah.

Siti Hasanah bersama boneka beruangnya. (Foto: Musa Bastara)

Orang sekitar sana yang turut merasa iba, biasa memberikan makanan untuk mereka. Bahkan menurut penuturannya, malam tadi ada polisi yang menyantuninya dengan sedikit uang.

“Sebenarnya dengan kondisi seperti ini, kami merasa malu. Tapi ketimbang mencuri, lebih baik seperti ini. Asalkan halal,” ucap isteri Madi. (MS)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pojok Banua TV

Infografis

IMG-20221227-WA0005
PENJUALAN ROKOK BATANGAN
1. Infografis sosmed 10 penyakit
TIPS AMANKAN DATA
IMG-20221228-WA0020
IMG-20221229-WA0030
IMG-20221225-WA0006
2. Infografis sosmed 10 penyakit

Pemilu Serentak 2024

Pemilu Serentak 2024

Pemkab Banjar

pemkab banjar

Member JMSI

PWI

Network

LAINNYA